Strategika!

Motivasi Ekonomi dalam Hubungan Antar Negara: Kasus Timor Leste

Posted in Ekonomi by efendi arianto on February 13, 2008

ramos_horta.jpg
Asal gambar: britannica.com

Ditulis oleh Efendi Arianto pada Feb 13, 2008. Silahkan mengutip dengan menyebutkan sumbernya.

Penyerbuan, penembakan dan upaya pembunuhan terhadap Presiden Dr. Ramos Horta mengangkat kembali perhatian terhadap negara kecil (dan salah satu yang) termiskin di dunia yang pernah menjadi propinsi di NKRI, Timor Leste atau Timor Timur. Dr. Ramos Horta ditembak dalam sebuah serangan di rumahnya oleh kelompok gerilyawan pimpinan Mayor Alfredo Reinado, Senin (11-Feb-2008) dini hari. Kisah panjang perjuangan bangsa Timor Leste agaknya harus kembali pada realitas hidup, bahwa untuk hidup perlu makan. Merdeka saja tidaklah cukup.

Ketika merdeka, Timor Leste mengharapkan bisa mengeksploitasikan minyak bumi di Celah Timor (Timor Gap). Namun sepertinya hal ini sulit dilakukan. Australia telah mengatur pengelolaan minyak di Celah Timor dimana Australia mendapatkan hasil eksploitasinya sebesar 80% dan sisanya diberikan ke Timor Leste. Australia juga telah menghalang-halangi Timor Leste untuk dapat menguasai Celah Timor secara penuh, dengan cara mengulur-ulur penyelesaian perbatasan kedua negara.

Walaupun telah merdeka, Timor Leste masih sangat tergantung dengan pasokan barang-barang dari Indonesia mulai dari sembako sampai bahan bakar minyak (BBM) terutama melalui provinsi Nusa Tenggara Timur. Australia pernah mencoba menguasai distribusi barang-barang kebutuhan sehari-hari tapi gagal karena terlalu mahal dan kurang dikenal rakyat Timor Leste. Selain amat tergantung secara politik kepada mantan penjajah Portugal, Timor Leste mengadopsi mata uang dolar Amerika Serikat sebagai mata uang yang mengakibatkan daya beli rakyat jauh menurun dibandingkan ketika masih menjadi provinsi Indonesia. (Wikipedia)

Timor Leste, negara baru berpenduduk 760.000 dengan 41 persen warga negaranya hidup di bawah garis kemiskinan dan satu dari 10 anak mati di bawah umur satu tahun. Demikian laporan Oxfam (Jakarta Post, 21/5/2004).

Dukungan Australia yang dari dulu mempunyai kepentingan politik terselubung untuk menjadikan Timor Leste sebagai buffer zone sekaligus kepentingan ekonomi atas minyak dan gas di celah Timor sehingga amat berperan dalam membebaskan Timor Lorosae dari NKRI berangsur menurun berkait masalah eksplorasi minyak dan gas. Pemerintah Timor Leste menuduh eksplorasi minyak secara sepihak oleh Australia adalah pemaksaan kehendak sebuah negara kuat terhadap negara lemah. Australia menyangkal tuduhan Timor Leste bahwa negara itu secara ilegal mendapatkan royalti dari eksplorasi minyak dan gas sebesar satu juta dollar Australia per hari.

Dalam suatu pernyataan di televisi, Menteri Luar Negeri Australia Alexander Downer mengatakan,

“They made a very big mistake thinking the best way to handle this negotiation is by trying to shame Australia, by mounting abuse on our country accusing us of bullying when you consider all we have done for East Timor”.

(Jakarta Post, 21 Mei 2004).

Sebenarnya Australia ingin mengatakan, saya amat berperan membebaskan Timor Leste dari “pendudukan” Indonesia dan semua itu “not free lunch at all”. (Kompas, 27 Mei 2004).

Australia yang diharapkan akan membantu ternyata menjadi penjajah baru bagi Timor Leste. Dua bulan setelah pasukan PBB yang dipimpin Australia masuk ke Timor Leste, Australia mengeksploitasi minyak Timor Timur di Celah Timor. Tahun 2003, Australia memperoleh 172 juta dolar AS, atau dua kali jumlah APBN Timor Leste. Ironisnya, Timor Leste tidak mendapat bagian meskipun sumur minyak itu berada di wilayah negerinya. (Kompas, 8/3/2005).

Jelas bahwa Australia mempunyai keinginan menguasai sumber minyak di celah Timor. Akses terhadap energi ini tak bisa disangkal menjadi pendorong semangat Australia campur tangan dalam menangani gejolak di Timtim pasca jajak pendapat. Minyak yang dilukiskan sangat besar kandungannya di perbatasan Timtim-Australia merupakan aset penting bagi perkembangan ekonomi masa depan negeri Kangguru. Ketika Indonesia menguasai Timtim di tahun 1975, sebenarnya Australia berada di belakangnya. Australia berfikir, akan lebih mudah melakukan negosiasi eksplorasi minyak di celah timor dengan Indonesia ketimbang dengan Timtim yang baru saja ditinggalkan Portugal (www.oilwatch.org/doc/campana/deuda_ecologica/deuda_timor_ing.pdf)

Mudrajad Kuncoro, alumni University of Melbourne, dalam diskusi pada tanggal 22 Oktober 1999 menjelaskan, keterlibatan Australia tak lepas dari isu klasik money and power. Ia menilai, Australia mau membantu Timtim bukan untuk membalas jasa rakyat Timtim yang pernah membantu mencegah invasi ke Australia saat Perang Dunia II, melainkan punya kepentingan bisnis yang dikemas dengan wadah humanis. Mudrajat menulis, “Kalau Australia memang pejuang hak-hak asasi manusia dan humanis tulen, hal pertama yang dilakukan sebelum terjun ke Timtim adalah meminta maaf dan memberi referendum kepada suku Aborigin yang nasibnya mirip dengan suku Indian di Amerika Serikat.

Menurut Mudrajad, kesepakatan Celah Timor (Timor Gap) yang ditandatangani Indonesia-Australia tahun 1989 menyetujui pembagian 62.000 km persegi zona kerja sama menjadi tiga wilayah. Wilayah joint development merupakan wilayah yang berada di tengah dan terbesar dimana kedua negara berhak mengontrol eksplorasi dan produksi migas. Dua zona lainnya dibagi secara tidak merata yang masing-masing negara secara terpisah diberi hak mengatur dan menguasainya. Sampai sekarang dari 41 sumur yang telah dibor di zona kerja sama, sekitar 10 ditemukan cadangan migas. Secara ekonomis, kelayakannya relatif kecil. Namun kandungan gas dan hidrokarbon tidak bisa diabaikan. Sebagai contoh, tulis Mudrajad, di ladang Bayu-Undan, ditaksir punya cadangan minyak 400 juta barel, tiga trilyun kubik gas alam dan 370 juta barel cairan (kondensat dan LPG). Menurut Oil & Gas Journal edisi 1999, cadangan hidrokarbon ini dinilai paling kaya di luar Timur Tengah dan merupakan ladang minyak terbesar Australia di luar selat Bass.

Dalam kunjungannya ke Kupang pada tahun 2002, Xanana Gusmao (presiden pertama Timor Leste dan sekarang menjabat sebagai Perdana Menteri) bertemu seorang tokoh agama berpengaruh di Timor Barat. Dalam pertemuan itu, Xanana mengatakan, “Saya baru sadar, bila kemerdekaan yang diharapkan seperti dialami sekarang, seharusnya saya menyarankan rakyat Timtim memilih otonomi.” (Kompas, 27 mei 2004).

Kisah Timor Leste hanyalah salah satu kisah campur tangan suatu negara terhadap negara lain. Dan motivasi terbesarnya tentu saja ekonomi. Tidak ada satu negarapun di dunia ini yang mau menghambur-hamburkan uangnya baik dalam bentuk bantuan pembangunan ataupun invasi militer jika tidak ada jaminan economic return yang memadai.

REFERENSI

Asep Setiawan. 2006. Kepentingan Australia di Timor Timur. Diunduh dari http://globalisasi.wordpress.com/2006/07/10/kepentingan-australia-di-timor-timur/

Florencio Mario Vieira. 2004. Masa Depan Timor Lorosae, Indonesia atau Australia?. Kompas, Kamis, 27 Mei 2004

Wikipedia diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Timor_Timur

www.oilwatch.org/doc/campana/deuda_ecologica/deuda_timor_ing.pdf

18 Responses

Subscribe to comments with RSS.

  1. soekartawi said, on April 19, 2008 at 6:09 am

    Berita diatas dikirim 13/2/2008, tetapi ulasannya masih berita lama thn 2002. Timor Leste sekarang sudah menggeliat maju. Pembangunan diberbagai sektor sudah mulai menggeliat. Begitu pula sektor pertanian. Saya pikir, Timor Leste harus mengutamakan sektor pertanian dahulu, sebelum membangun sektor-sektor yang lain. Dalam tahap awal pembangunan seperti sekarang ini, Timor leste harus mengutamakan pembangunan sektor pertanian. Setelah sektor ini kuat, maka ia harus melangkah maju ke sektor industri yang berbasis pertanian. Baru setelah itu ke arah sektor jasa.

    Bersaamaan dengan itu, pembangunan SDM juga harus diutamakan, baik melalui training jangka panjang maupun jangka pendek, melalui peneliian2. Bila ini sudah jalan maka diharapkan good governance dapat berjalan sebagaimana yg diharapkan. Singkat kata Timor leste harus memperkuat ekonomi makronya, meningkatkan good Governance dan menegakkan kepastian hukum, bila negara ini cepat menggeliat.

    soekartawi/malang

  2. devi said, on May 6, 2008 at 4:13 am

    ya menurut saya tim-les sudah mulai menunjukkan tanda2 maju yang sangat baik, kemungkinan besar di tahun 2013 tim-les sangat2 maju apalagi pariwisatanya…maka dari itu kita harus terus mendukung timles…

  3. Alberto Correia said, on August 8, 2008 at 7:07 am

    I worship you my JESUS CHRIST for your glory, I adore you, I honour you and I praise you.
    Thank you my Jesus because you have saved my country from the crisis. And may you will allow your people here in Timor Leste to achieve our prosperous in life to become your good people..
    Once again I Thank you Lord Father, Lord Jesus and Holly Spirit AMEN.

    Let us every one praise our LORD for His Kindness that you always showing.

    Puji Tuhan karena Timor Leste sudah maju,,,,,,,tidak seperti yang dulu. Sekolah pun gratis, makanan pun gratis di setiap sekolah. Pokoknya saya yakin di 2010 an pasti Timor leste bisa menjangkau prosperity of life.

    Alberto Correia
    CFC Singles For Christ

  4. Fretilin Maubere said, on March 27, 2009 at 8:32 am

    Kami sudah Lelah untuk mengadakan konflik dengan Indonesia, ada baikny akalau kita memaafkan masa lalu dan melihat ke depan, kita adalah negara tetanga di asia, kalau bukan kita yang saling menghargai dan membantu siapa lagi ?? apa Malaysia??? Apa SIngapore??? Atau Amerika dan Australia??

    Saya yakin kalau, Indonesia dan Timor – Leste bekerja sana, maka Malaysia dan Australia tidak akan berkutik…

    Viva Timor – Leste
    ” A luta continua”
    bjs

    • erickkaha said, on October 15, 2011 at 2:37 am

      sya setuju bro…..ada baikx kita bekerja sama baik dalam bidang aapa saja demi kemakmuran dan kepentingan nasional negara kita masing2.

  5. antonius said, on June 11, 2010 at 3:56 pm

    kalo saya liat sih …timor leste makin hancur sekarang….banyak yg jad gelandangan ditu…tingkat kemiskinan sampai 2009 masih aja diatas 40%

    • reys said, on April 13, 2011 at 2:00 pm

      tinkat kemiskinan yang bagimana maksd mu?? negara baru bro .. !!! yg jelas nga semiskin rakyat mu yg berada di kolam jembatan .. di sepanjan rel2 kereta api ,dari ujun timur pulau jawa sampai ujun barat pulau jawa . tidak ada perjalanan tampa melihat kemiskinan .. pengamen pokoknya yang aneh2 saja ,dan itu kita saksikan dengan mata kepala sendiri bro.. timor leste di bilang miskin tapi tidak ada orang yag meminta2 uang di jalanan ,tidak ada pengamen yang ada semuanya kerja bro kalo nga percaya ke timor aja lihat apakah timor leste meman miskin ….?? miskin yg bagaimana mksud mu,, sekolah gratis , kesehatan gratis , subsidi bagi semua orang cacat, lanjut usia menerima gaji 2 bulan sekali ..ahhh urus tuh TKI yg di siksa trus, urus tu negara mu dengan baik jangan sibuk ngurusin negara orang senhinga kalian tidak sadar akan kemiskina kalian sendiri….!!!

    • Nequ Nandinho Orleans said, on January 12, 2012 at 8:17 pm

      Sepertinya anda salah menilai..!!
      Apakah anda punya bukti..?

    • Arga said, on September 20, 2012 at 3:38 am

      Saya orang Indonesia dan berbisnis di Timor Leste, banyak orang Timor Leste yang menjadi rekan bisnis saya disana baik yang muda maupun tua, memang inflasi di Timor Leste lebih tinggi dibandingkan Indonesia, akan tetapi sekarang ini Timor Leste sedang dalam tahap pembangunan yang membutuhkan banyak kesinambungan dari berbagi bidang khususnya dalam segi infrastruktur dan peningkatan sumber daya manusia. Apabila dibilang “makin hancur”, saya rasa itu hanya menimbulkan konflik yang tidak bertanggungjawab dan tidak solutif dalam memandang persoalan. Saran saya, jalan-jalanlah ke Dili, sapalah tiap orang Timor Leste yang tidak anda kenal, mereka pasti membalas dengan sangat hangat dan akan membuat hatimu tersentuh. Itu salah satu potensi emosional yang tidak dimiliki negara-negara lain ketika saya berkunjung di negara lain.

  6. Nyonya Atik said, on June 13, 2010 at 11:07 am

    Kalau menurut saya Timtim jangan mau di bodoh2in oleh para bule sampah. Seharusnya Timtim harus bisa mandiri sendiri tanpa harus menjual minyak. Tapi bergabunglah semua rakyat Timtim untuk menjadi TKW ke Malaysia. Lumayan gajihnya gede2

    • reys said, on April 13, 2011 at 2:08 pm

      apakh ada cerita bahwa ada tenaga kerja timor leste yag menjadi babu di malaysia di arabsaudi yang di siksa oleh majikannya seperti yang kalian alami ?? anda seperti orang yang buta imformasi aja.. kasihan apakah kalian ini benar2 tidak sadar bahwa kalian ini juga merupakan negara miskin?? utan kalian di bank dunia itu nga bakal bisa kalian lunas ..utang yang palin besar .

      • Arga said, on September 20, 2012 at 3:47 am

        Menjadi TKW ke Malaysia adalah salah satu pilihan di tengah tekanan ekonomi yang melanda Indonesia saat ini. Sumber devisa Indonesia yang dibanggakan adalah TKI, itulah yang menjadi ironi di tengah kekayaan bangsa Indonesia, dari 350 tahun invasi Belanda-3,5 tahun invasi Jepang-sampai 67 tahun invasi China dan kaum birokrat. Menurut saya jalan-jalanlah ke Dili, sapalah tiap orang Timor Leste yang tidak anda kenal, mereka pasti membalas dengan sangat hangat dan akan membuat hatimu tersentuh. Itu salah satu potensi emosional yang tidak dimiliki negara-negara lain ketika saya berkunjung di negara lain.
        Mengenai hutang Indonesia, itul telah dicover dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin meningkat, tahun 2011, Indonesia telah mencapai pertumbuhan ekonomi 6,5% dan tingkat inflasi hanya 3,57%. Hal itu menggambarkan kemampuan Indonesia untuk mengembalikan hutang yang cukup baik dengan tingkat investasi tahun 2011 sebesar Rp1000 T. Obrigado

  7. Maubere terus nain said, on December 8, 2010 at 2:39 am

    Semua yang teman-teman utarakan ada benarnya, tidak semua sektor di Timor-Leste sudah 100% berjalan dengan lancar. Contohnya kawan saya Alberto Correia katakan bahwa sekola gratis, makanan gratis di sekolah-sekolah tapi pada kenyataannya semuanya itu tidak berjalan sesuai dengan keputusan pemerintah TL, masih banyak tangan jahil yang melakukan pemungutan terhadap orang tua mengenai biaya sekolah dan school feeding program di sekolah-sekolah amburaduk…alias tidah efektif.

    Apa yang perlu TL focuskan pada saat ini adalah melakukan investasi besar-besaran di dunia pendidikan dan beberapa sektor produktif lain seperti pertanian, pariwisata, dll.
    Sebagai generasi muda saya sangat bangga terhadap apa yang sudah dicapai oleh negeri TL tetapi masih ada banyak hal yang perlu dibenahi……dengan cara melihat ke belakang dan belajar dari pengalaman dan menatap kedepan untuk melakukan perubahan dan perbaikan terhadap hal-hal yang belum berjalan dengan lancar….para pemimpin perlu bekerjasama…untuk membangun negeri ini…dan mempersiapkan generasi mudah untuk mengambil alih kepemimpinan di masa yang akan datang….generasi 1975 jangan pikir untuk mati diatas kursi kepemimpinan…melainkan membuat rencana transisi kepemimpinan bagi generasi baru…..untuk mengambil bagian dalam proses pembanguna nasional…..

    Viva Timor-Leste…Viva Povu maubere

  8. herlina pannson said, on March 16, 2011 at 3:54 pm

    TL..semoga bisa bekerja sama dg indonesia.

  9. Kevin said, on April 28, 2011 at 12:03 pm

    Of course there is no free lunch … :-)

    You guys, read this:
    http://www.economist.com/node/16381395?story_id=16381395

  10. hahhahha said, on May 28, 2011 at 8:14 am

    Klo bisa indonesia jgn pernah kerja sama dgn timles, lgian nggak tau terimakasih. Tanpa orang2 indonesia disana orang2 timles pengangguran pemabuk. Liat aja para pedagang yg maju2 disana orang2 indonesia. Timles negara bodoh, sekarang diinjek2 australia. Bentar lg buat penampungan imigran.xxixixi sanana gusmao aja nyesel milih merdeka.

  11. Costa Lospalos said, on July 9, 2012 at 11:42 am

    Timor Leste akan lebih maju dari pada negara2 yg sudah lama merdeka di kwasan asia tenggara….
    Percayalah….. Viva Timor Leste.

  12. vika said, on January 6, 2015 at 5:35 am

    Timles boleh lah berbangga sdh merdeka,, mulai membangun negerinya,, apakah kedepan Timles bsa menyaingi pendapatan perkapita penduduk Kalimantan Timur dan Palembang juga Riau,, ap d Timles ad pusat pertambangan batubara, pabrik sawit dan karet,, kemudian apakah Timles bsa membangun sport center sekelas jakabaring Palembang dgn mandiri tanpa bantuan asing,,


Leave a reply to herlina pannson Cancel reply